Bismillahirrahmaanirrahim
Kuliah pertama di semester enam membawa
semangat baru, bapak Dr.H.Dingding haerudin,M.Pd. dosen mata kuliah telaah buku teks bahasa dan
sastra sunda ini menuturkan “Seorang guru bahasa sunda harus profesional dan kompeten di bidangnya,
lulusan jurusan pendidikan bahasa daerah bisa saja mengajar di MA atau di MTs”. Materi-demi materi beliau sampaikan dengan
bijak dan mudah dipahami. Namun ada suatu hal yang terbesit dalam pikiranku, mengingat walaupun aku belum
sempat mendata lulusan jurusan
pendidikan bahasa daerah mengajar di mana saja, namun tidak kurang dari sepuluh
orang yang aku wawancarai secara santai bahwa lulusan jurusan pendidikan bahasa
daerah mengajar di sekolah-sekolah Kristen, ataupun les dan Privat. Hal inilah yang berbuah pertanyaan, ringkas pertanyaannya adalah, “Bagaimanakah cara menyeimbangkan antara memperkenalkan budaya
sunda kepada luar? sementara kita tahu berdasarkan data-data saja pengkristenisasian itu marak terjadi,
dan itu salah satu caranya adalah dengan adanya pendekatan budaya dan bahasa
sunda, dan bagaimana peran serta kita sebagai seorang pengajar bahasa sunda? Jika mengajar di sekolah-sekolah
Kristen,
Ya, mungkin ada beberapa argumen dan persepsi orang, mengenai kebutuhan finansial, atau
ada yang berbicara prinsip, namun demikian apa dan bagaimana kita harus
menyebarluaskan kebudayaan sunda, mengenai resiko tak perlu hawatir semakin
orang mendalami budaya sunda semakin dia mengetahui jati diri sunda, jangankan
hal yang luas mengenai sunda kita berbicara kawih saja, semuanya berfilosofi
islam.
Orang sunda mulai dari lahir sudah dibimbing
untuk mengingat siapa tuhannya, jika kita merujuk kepada Q.S. Al-Araf ayat 172, Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi
anak-anak Adam keturunan mereka dan mengambil kesaksian dari mereka atas diri
mereka sendiri, Bukankah Aku ini Tuhan kalian ? Seraya mereka menjawab, Benar
(Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi. (Hal ini Kami lakukan), agar di hari
kiamat nanti kalian tidak mengatakan, Sesungguhnya kami lengah atas ini (wujud
Allah)."
Dalam ayat tersebut dikatakan, bahwa setiap manusia sebelum lahir ke muka bumi ini pernah dimintai kesaksiannya atas wujud Allah Ta'ala dan mereka menyaksikan atau mengenal-Nya dengan baik. Kemudian, hal itu mereka bawa terus hingga lahir ke dunia. namun sejalan dengan prosesnya manusia mngalami yang namanya lupa, maka tak heran manusia disebut al insan, dalam bahasa arab insan memiliki makna yang artinya lupa, manusia lupa telah memberikan kesaksian sebelum ia dilahirkan, dalam budaya orang sunda tidak pantang menyerah sejalan dengan bertambahnya usia, dalam perut ibu janin pun dibacakan surah yusuf maryam dan lain-lain, ketika lahir pun bayi diazani dari telinga kanan dan diiqomatkan ditelinga kiri hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan Allah kepadanya, dan melindunginya dari godaan syaitan, tidak sampai di situ kepada anak kecil bahkan kita sering mempraktekkan, kalimat “ciluuuuuuuk baaaaaaaa”, baaaaaaa kekokkkkkkkkk” sepintas kata ciluk ba dan ba ke kok itu hanya biasa saja sebagai kegiatan iseng ngabebenjokeun murangkalih, padahal jika kita merujuk pada alquran merupakan kalimat yang mengingatkan kita kepada Allah (dibahas dilain kesempatan)
Dalam ayat tersebut dikatakan, bahwa setiap manusia sebelum lahir ke muka bumi ini pernah dimintai kesaksiannya atas wujud Allah Ta'ala dan mereka menyaksikan atau mengenal-Nya dengan baik. Kemudian, hal itu mereka bawa terus hingga lahir ke dunia. namun sejalan dengan prosesnya manusia mngalami yang namanya lupa, maka tak heran manusia disebut al insan, dalam bahasa arab insan memiliki makna yang artinya lupa, manusia lupa telah memberikan kesaksian sebelum ia dilahirkan, dalam budaya orang sunda tidak pantang menyerah sejalan dengan bertambahnya usia, dalam perut ibu janin pun dibacakan surah yusuf maryam dan lain-lain, ketika lahir pun bayi diazani dari telinga kanan dan diiqomatkan ditelinga kiri hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan Allah kepadanya, dan melindunginya dari godaan syaitan, tidak sampai di situ kepada anak kecil bahkan kita sering mempraktekkan, kalimat “ciluuuuuuuk baaaaaaaa”, baaaaaaa kekokkkkkkkkk” sepintas kata ciluk ba dan ba ke kok itu hanya biasa saja sebagai kegiatan iseng ngabebenjokeun murangkalih, padahal jika kita merujuk pada alquran merupakan kalimat yang mengingatkan kita kepada Allah (dibahas dilain kesempatan)
Maka tak
heran ada ungkapan orang sunda pasti islam. karena budayanya sejalan dengan agama. J